Berhimpunlah untuk sejuta Aksi Hikmat demi Kesatuan dalam Kasih, seperti KRISTUS telah "Menebus" kita demi suatu hubungan yang Kekal.(Baziz Boeghi’z IPTH B 0708)

Senin, 10 Mei 2010

Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Kristen Artha Wacana Kupang

Fakultas Dan Program Studi

1. Theologi :

Program Studi :

Ø Theologi Agama Kristen (Status : Terakreditasi)

2. Ekonomi :

Program Studi :

Ø Manajemen (Status : Terakreditasi),

Ø Akutansi (Status : Terakreditasi)

3. Teknologi Pertanian :

Program Studi :

Ø Teknologi Hasil pertanian (Status : Terakreditasi)

Ø Mekanisme Pertanian (Status : Terakreditasi)

4. Hukum :

Program Studi :

Ø Ilmu Hukum (Status Terakreditasi)

5. Keguruan Dan Ilmu Pendidikan :

Program Studi :

Ø Ilmu Pendidikan Theologi (Status Terakreditasi)

Ø Pendidikan Bahasa Inggris (Status Terakreditasi)

Ø Pendidikan Olah Raga (Status Terakreditasi)

Ø Pendidikan Biologi (Status Proses Akreditasi)

6. Perikanan Dan Ilmu Kelautan :

Program Studi :

Ø Manajemen Sumber Daya Perairan (Status Terakreditasi)

Ø Teknologi Hasil Perikanan (Status Terakreditasi)

Pendaftaran Dan seleksi

1. Tempat Pendaftaran

Jl. Adi Sucipto – Oesapa PO BOX 147 Kupang – NTT

Telpon / Fax : 0380 881676

Email : ukawkupang@yahoo.com

Pukul 08.00 – 13.00

2. Pendaftaran :

Ø Gelombang 1 : 11 Mei – 30 Juni 2010

Ø Gelombang II : 01 Juli – 17 Agustus 2010

Ø Fakultas Theologi Hanya Gelombang 1

3. Ujian Tertulis :

Ø Gelombang 1 : 03 Juli 2010

Ø Gelombang II : 21 Agustus 2010

4. Syarat Pendaftaran

Ø Membayar biaya pendaftaran (Mahasiswa regular rp.90.000.000 untuk satu pilihan dan 100.000.000 untuk dua pilihan sosial dan eksakta serta 100.000.000 untuk Ekstention)

Ø Mengisi formolir pendaftaran dengan melampirkan foto copiy ijazah atau surat keterangan lulus dan NEM yang telah dilegalisasi masing-masing 2 lembar

Ø Pas foto 3X4 cm (3 lembar)

Ø Bagi calon mahasiswa yang mendaftar di Fakultas Theologi selain poin 1 - 3, di wajibkan melampirkan surat rekomendasi dari Jemaat asal dan Majelis Sinode, Foto copy surat babtis (1 lembar), Foto copy surat sidi (1 lembar).

Sabtu, 08 Mei 2010

Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Buku : "Wawasan Pembelajaran" (Halaman 1-15)
Oleh : Drs. Agustinus MD Maniyeni, M.Pd

Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi argumentasi tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20.Menurut teori behaviorisme, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar diri subyek. Secara teoritik, belajar dalam konteks behaviorisme melibatkan empat unsur pokok yaitu: drive, stimulus, response dan reinforcement. Apa yang dimaksudkan dengan drive yaitu suatu mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui aktivitas belajar. Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang dapat menyebabkan terjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau stimulus yang diberikan. Dalam perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek belajar agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara berkelanjutan.

Pada bagian berikut ini secara berturut-turut akan dideskripsikan secara ringkas pandangan empat tokoh behaviorisme yakni Ivan Petrovich Pavlov, Edward Thorndike, Watson, dan Skiner. Upaya mengedepankan teori empat tokoh ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan pandangan para behavioris lainnya, melainkan semata-mata didasarkan pada pertimbangan bahwa teori behaviorisme Pavlov, Thorndike, Watson dan Skiner paling banyak dirujuk dalam dunia pendidikan. Disamping itu, pandangan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skiner umumnya telah digunakan secara luas sebagai asumsi dalam pengembangan model-model pembelajaran, maupun dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran yang berbasis pada teori behaviorisme. Selengkapnya : Silahkan Dibaca Dalam Buku "Wawasan Pembelajaran" Untuk Informasi mengenai Buku ini, Silahkan Menghubungi Nomor HP. 085239323023 / 085239117746


Minggu, 02 Mei 2010

Salam Sang Khalik

(Ditulis Oleh : ABDY BUSTHAN)

Kita menjadi tidak berguna ketika kita membiarkan kekurangan yang ada pada diri kita mengintervensi kelebihan yang kita miliki. disinilah cikal bakal itu, ketika kegelisahan komitmen menjadi sebuah kesalahan tak beralasan yang mampu menghantarkan Vitrah kita pada suatu konsep kebijakan yang penuh dengan muatan “ Tidak Hikmat “. Nah, dilema-dilema logika akan "Melacurkan" kebenaran filsafat menjadi dongeng di waktu tidur yang setiap saat akan mengancam kemampuan adrenalin kita ketika terkondisikan menjadi "Garis Start Kegagalan yang menakutkan". Lalu, implementasi dari penjelmaan Hirarki akan menjadi sebuah Paradigma Negatif yang terinveksi dari sistemik alam pemikiran yang cepat berubah sejatinya sebuah Naskah yang mencetuskan “Keraguan” sebagai Momok yang tak Berujung. Dimanakah kita harus memposisikan Emansipasi Akal dan Iman kita ? lalu apa yang seharusnya di Refleksikan dalam Narasi dan Gambar Kehidupan ketika Sang Khalik memintanya? adakah Nalar Religi mampu menjawabnya ? Bersahajalah ketika hendak melangkah pada seratus meter pertama, karena dikatakan Bijak jika seorang Petarung sejati mampu untuk membedah kekalahan demi sebuah kemenangan. Jadi, kita tidak harus menang dalam suatu kompetisi yang ada. Tetapi jadikanlah momen itu sebagai “Medali Emas” untuk memperebutkan Wara–Wiri Kesuksesan yang dapat memampukan kita untuk tampil “Apa adanya, bukan ada apanya”. Ada banyak Pranata hidup yang bisa menjadi Praduga tak bersalah ketika kita meniup Sangkakala di hadapan dua pilihan bahkan lebih. Untuk itu, sudah selayaknyalah kita mengumpulkan komitmen konstruktif kita agar dapat di Deklarasikan ketika Sang Khalik Berkata : Banyak yang TERPANGGIL tetapi SEDIKIT yang terpilih.

Antara Norma & Nilai

(Ditulis Oleh : Astrid Ndaumanu)
Norma : berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.Jadi secara terminologi kiat dapat mengambil kesimpulan menjadi dua macam. Pertama, norma menunjuk suatu teknik. Kedua, norma menunjukan suatu keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang bersifat normatif. Sedangkan norma norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat prakatis, dimana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan manjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah laku manusia bersifat senonoh. Maka dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih bersifat praktis. Memang secara bahasa norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak menuntup kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat praktis. Nilai : Dalam membahas nilai ini biasanya membahas tentang pertanyaan mengenai mana yang baik dan mana yang tidak baik dan bagaimana seseorang untuk dapat berbuat baik serta tujuan yang memiliki nilai. Pembahasan mengenai nilai ini sangat berkaitan dangan pembahasasn etika. Kajian mengenai nilai dalam filsafat moral sangat bermuatan normatif dan metafisika.Penganut islam tidak akan terjamin dari ancaman kehancuran akhlak yang menimapa umat, kecuali apabila kita memiliki konsep nilai-nilai yang konkret yang telah disepakati islam, yaitu nilai-nilai absolut yang tegak berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut adalah tersebut adalah kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat secara individual dan sosial.

Mengapa Manusia Berfilsafat ?

(Ditulis Oleh : Rudy Sompu & Elkana )

Mengulang judul diatas, "Mengapa manusia berfilsafat?" kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan merupakan 3 hal yang mendorong manusia utuk berfilsafat. Plato (filsuf Yunani, guru dari Aristoteles) menyatakan bahwa : Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk meyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat. Berbeda dengan Plato; Agustinus dan Rene Descartes beranggapan lain. Menurut mereka, berfilsafat itu bukan dimulai dari kekaguman atau keheranan, tetapi sumber utama mereka berfilsafat dimulai dari keraguan atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia akan ragu-ragu dan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut dengan berfilsafat. Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada dirinya. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.

Gereja Sebagai Tubuh Kristus

(Ditulis Oleh : ABDY BUSTHAN)

Ketika kita membaca Kitab Yohanes 17, maka akan jelas bagi kita bahwa disitu Yesus mengucapkan Doa yang merupakan Dasar terpenting untuk Keesaan Allah. Dan Doa yang diucapkan Yesus ini kalau kita amati secara jelas, maka nampaklah bahwa doa ini bukanlah untuk dunia melainkan khusus ditujukan untuk Gereja. Lalu yang menjadi pertanyaannya disini adalah “ Bagaimana sebenarnya hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya? “ Serta apa makna Theologis yang terkandung didalam Hubungan itu ? untuk itu marilah kita sama-sama melihat bagaimana sebenarnya yang Allah kehendaki mengenai kesatuan orang-orang beriman dalam perkataan dan perbuatan yang seturut akan kehendak Allah di dalam Kitab Efesus 4;1-16. dan untuk itu kelompok kami akan merincikannya sebagai berikut :

1. Panggilan Gereja Berhubungan dengan Keesaan-Nya ( Efesus 4 ; 1-6 ), Menurut kami, yang pertama dan utama dalam hal ini yaitu kita harus memahami bahwa panggilan Umat Kristen adalah sebenarnya merupakan panggilan Allah yang dijawab melalui Pertobatan dalam wujud perilaku yang mengikuti pertobatan itu. Hidup berpadanan disini sebenarnya menunjukkan hubungan antara rencana Allah dan penerimaan rencana itu oleh seluruh orang Kristen dalam kehidupannya sehari-hari. Disini kelompok kami coba membandingkan dengan Galatia 5;22-23, dan kami mendapatkan dua hal yang tercantum didalamnya dengan penuh arti jika dihubungkan dengan persekutuan Gereja. Hal yang pertama yaitu : Keesaan yang diciptakan oleh Roh Kudus; dan yang kedua yaitu tanggung jawab orang Kristen untuk memupuk Keesaan itu dengan hidup bersekutu bersama dengan sesama Kristen lainnya dalam ikatan damai sejahterah.

2. Kasih Yang mempersatukan, Saya sangat setuju dengan efesus 4 yang menekankan tentang “ Kasih “ yang harus menjiwai seluruh hubungan orang percaya dengan sesamanya yang percaya. karena disini kami melihat Kasih itulah yang menjadi pengikat mereka satu sama lainnya. Dengan demikian orang-orang percaya itu bukan berdiri sendiri-sendiri tetapi mereka saling berkaitan dan bersama-sama mewujudkan suatu kesatuan yaitu Kesatuan Keluarga Allah dan Kesatuan Bait Allah di Dalam Keesaan Allah sendiri. Untuk itu Kesatuan yang telah diberikan oleh Allah hendaklah dipelihara, dijaga dan dilindungi seperti yang dikatakan dalam Efesus 4: 3 disini Jemaat dinasehati supaya berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahterah, sehingga kesatuan itu mempersatukan umat kristen didalam Kasih dan bukan karena hasil jerih payah mereka. Intinya itu semua adalah pemberian dari pada Roh, dan oleh karena itu Kesatuan itu disebut Kesatuan Roh. Yang harus dipelihara oleh ikatan damai sejahterah yaitu damai sejahtera yang telah diperoleh Kristus sebagai sang damai sejahterah kita.( Efesus 2;14 ).

3. Gereja adalah penjelmaan Tubuh Kristus, Kami sangat sepakat jika dikatakan Gereja adalah "Tubuh Kristus", Karena Gereja adalah persekutuan orang-orang tebusan Tuhan, yang di dalamnya Dia menjadi Kepala. "Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu." (Kolose 1:18) jadi menurut kami, Gereja terjelma dan memiliki keberadaannya, karena "Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya." (Efesus 5:25) Gereja ditumbuhkan oleh kehidupan-Nya yang dinamis, yang "menguduskannya sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman." (Efesus 5:26) Kristus akan datang kembali untuk mengambilnya sebagai milik-Nya, "bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya." (Wahyu 21:2) "supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri- Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Efesus 5:27) Kalau kita melihat mengenai kelahiran gereja yang diteguhkan oleh kedatangan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:1-11) dan juga menyediakan kuasa bagi kelanggengan gereja, melalui kesaksian kepada dunia (Kisah Para Rasul 1:8).

4. Gereja Terpanggil sebagai Tubuh Kristus ( Efesus 4 1-16 ), Kami melihat dalam amanat rasul Paulus, ia telah menguraikan jalan pembentukan dan pelaksanaan maksud Allah yaitu untuk menyatukan bangsa yahudi dan non yahudi menjadi satu umat dibawah Kristus sebagai kepala,hal ini Nampak terwujud dalam misi Paulus. Kami juga melihat disini paulus menoleh pada tuaian misinya dalam pelayan Kekristenannya. Tetapi ajaran tentang satu kepala, satu tubuh, memerlukan penghayatan dalam Gereja yang banyaknya terdiri dari golongan orang-orang biasa.oleh karena itu, penjelasan mengenai Eklesiologi yakni tentang hubungan ideal antara Kristus dengan umatnya membuat Paulus beralih ke ajaran secara praktis dalam hidup sehari-hari. Disini Paulus juga memberikan gambaran yang menyeluruh tentang panggilan Gereja didunia ini ( Efesus 4 ; 1-16 ). Yang pertama, paulus menyerukan kepada Jemaat supaya hidup berpadanan dengan panggilan mereka didalam terang. Dimana tempat mereka dalam Gereja yang pada dasarnya adalah satu. Artinya bahwa kesatuan tidak berarti keseragaman yang kaku, karena Gereja adalah organisme yang mempunyai daya hidup dan terbentuk dari pribadi-pribadi yang hidup dan bertanggung jawab atas perkembangan watak dan kepribadian sesuai dengan karunia-karunia yang telah diberikan Kristus. Maksudnya adalah supaya Gereja mencapai “ Kedewasaan Penuh “ Dan untuk mencapai tujuan ini Kristus telah memberikan karunia-karunia untuk digunakan melalui pelayanan-pelayanan-Nya. Karena itu menurut kami, perkembangan Gereja haruslah ditandai oleh pertumbuhan dari tingkat kanak-kanak ke kedewasaan,sampai menerima watak Kepala-Nya yaitu Kristus ( Efesus 4;14-16 )

Refleksi

Jika kita melihat kembali uraian diatas maka cobalah kita sebagai umat Tuhan yang dalam hal ini kita adalah anggota tubuh dari Gereja sejenak merenungkan “ sudakah kita berusaha menuju kepada kesatuan dalam kata-kata dan perbuatan sebagaimana yang dikehendaki oleh Kristus ? ataukah sebaliknya kita tidak memaknai arti kesatuan dalam tindakan kita sehari-hari selaku anggota tubuh dari Gereja ? ” ini adalah satu tantangan bagi kita yang menjadi anggota tubuh Gereja dan Kristus. Apakah kita mampu menginplementasikan Kesatuan gereja sebagai tubuh Kristus itu ? jawabannya kita pasti bisa melakukannya jika didasarkan atas Kasih kepada Kristus dan sesama. Karena segala yang kita lakukan tanpa didasarkan atas Kasih, maka semuanya akan tak berarti dan sia-sia. Amin


Ketenangan Sejati

(Ditulis Oleh : Lastri)
Nats:Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah (Mazmur62:2-3) Bacaan : Mazmur 62:1-13. Pada tahun 80-an ada sebuah film berjudul Bodyguard yang dibintangi Kevin Costner dan Whitney Houston. Film ini bercerita tentang Houston sebagai artis yang hidupnya dikelilingi oleh para penggemar fanatik yang ingin mencelakai dirinya. Untuk melindungi diri, ia lalu menggunakan jasa pengawal pribadi, seorang veteran angkatan perang. Dalam film itu ditunjukkan bagaimana peralatan canggih digunakan di seluruh rumah Houston untuk membuatnya bisa tidur tenang. Setiap orang tentunya ingin hidup tenang. Sebab apalah artinya kita memiliki segala sesuatu, tetapi hidup tidak tenang; selalu gelisah, galau, dan selalu dikejar ketakutan? Sayang orang kerap salah mencari sumber ketenangan. Misalnya, dengan menggantungkan hidup pada bodyguard, senjata, uang, atau jabatan. Ketenangan yang sejati tidak terletak pada semua itu, tetapi pada kedekatan dengan Tuhan. Sebab Tuhan adalah Pemilik sesungguhnya dari kehidupan ini. Tuhan adalah adalah sumber pengharapan dan perlindungan. Seperti yang disaksikan oleh Daud dalam Mazmur bacaan kita. Daud pernah hidup terlunta-lunta sebagai pelarian ketika dikejar-kejar oleh Saul yang ingin membunuhnya, dan ia merasakan betul bagaimana kasih dan kuasa Tuhan melindunginya. Anda mendambakan ketenangan? Kuncinya: jangan jauh-jauh dari Tuhan. Tidak berarti hidup kita kemudian menjadi lurus dan mulus, juga tidak lantas kita bebas lepas dari segala masalah. Tidak. Masalah dan rintangan bisa tetap ada, tetapi seberapa pun besarnya masalah yang mendera dan rintangan yang menghadang, itu tidak akan merenggut ketenangan kita.Amin

Keunikan Iman Kristen

(Oleh : Inke Mada & Ani Mooy)
Jelas, Iman Kristen unik, karena didasarkan bukan pada usaha manusia, melainkan pada anugerah Allah. Unik karena ALlah-lah yang mencari manusia dan bukan sebaliknya. Unik karena berpusat kepada Yesus, sang Anak Allah. Unik karena didasarkan atas Firman Allah yang diuji dalam sejarah. Tetapi keunikan iman kristen BUKAN dasar untuk merendahkan iman kepercayaan lain. Bukankah ketika sebelum kita diselamatkan, kita juga mempunyai respon yang sama terhadap wahyu Allah? TIDAK ADA yang mencari Allah, adalah DASAR untuk melihat bahwa semua iman kepercayaan agama lain adalah respon manusia berdosa terhadap wahyu. DISELAMATKAN OLEH ANUGERAH, adalah dasar untuk mengerti bahwa KITA (orang percaya) TIDAK LEBIH BAIK dari penganut agama yang lain. JAdi bagaimana apologetika kristen memandang hal ini? Karena itu apologetika kristen harus mempertimbangkan Dua point penting yaitu sebagai berikut:
SEGALA KEBENARAN ADALAH KEBENARAN ALLAH
: Segala kebenaran di dunia adalah bersumber dari Allah, karena itu adalah kebenaran Allah. Dalam bidang budaya, agama, ilmu pengetahuan, jika terdapat nilai kebenaran, semuanya bersumber dari Allah Pencipta. Karena status manusia yang korup, maka kebenaran dari Allah sering ditindas dan ditekan, sehingga standar kebenaran menjadi kabur. Moralitas dan pengajaran agama lain TIDAK SELALU bertentangan dengan ajaran Kristen. Karena itu, kebenaran juga terdapat dalam ajaran agama dan kepercayaan lain. Adalah merupakan kebodohan dan kesombongan jikalau kita merendahkan ajaran agama lain, tanpa mempelajari dengan seksama. Apalagi dalam kerangka pengertian respon manusia terhadap wahyu. Karena itu setiap orang kristen yang bertanggung jawab selalu menghargai seni, agama dan budaya di dalam dunia ini. Tetapi juga dapat membedakan dengan iman Kristen.
MANUSIA BUKAN STANDAR KEBENARAN ITU SENDIRI : Manusia bukan standar kebenaran, karena itu dia memerlukan iman kepercayaan. Manusia dicipta dalam keadaan adanya RELASI dengan Pencipta. Relasi dengan sesama dan relasi dengan diri sendiri. Manusia untuk mengetahui kebenaran harus balik kepada sumber kebenaran itu sendiri. Iman Kristen mengklaim bahwa Kebenaran itulah yang datang kepada manusia, bukan manusia yang mencari kebenaran sejati. Karena itu, iman kristen bersumber dari kebenaran Allah yang membenarkan (injil ). Iman kepercayaan lain bersumber dari kebenaran diri yang tidak benar. Apakah dengan demikian iman kristen menjadi superior? Tentu tidak. Bukankah kalau kebenaran ALlah tidak membenarkan, bagaimana kita bisa menjadi benar? Bagaimana mungkin menjadi superior dibanding iman lain? Kebenaran dari Allah itulah yang harus dikumandangkan kepada iman agama lain TANPA merendahkan iman mereka. Mengapa? karena masing-masing iman mempunyai presuposisi sendiri. Presuposisi iman kristen adalah kebenaran Allah. Presuposisi iman agama lain adalah kebenaran Allah yang TELAH direspon manusia berdosa. Masing-masing presuposisi tidak akan ketemu didalam satu titik.

Guru PAK Sebagai Konselor

(Ditulis Oleh : Yeni Eha)
Secara umum pendidikan berarti suatu proses transformasi yang dilakukan seseorang atau masyarakat ke generasi berikutnya, serta dilaksanakan secara sengaja, teratur, terstruktur dan dapat diukur atau diketahui hasilnya. Generasi berikut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik.1 Pendidikan merupakan usaha untuk memperlengkapi dan membimbing individu maupun kelompok, agar menjalankan tugas dan panggilan hidupnya secara efektif. Pendidikan bertugas untuk membangun kualitas manusia seutuhnya, serta segi-segi kehidupan fisik, intelek, moral, spiritual, dan sosio-kultural individu dan kelompok2. Agaknya pola itu dianut oleh hampir semua bangsa di dunia. Misalnya, bangsa Israel mendidik anak-anaknya agar perrcaya dan setia kepada TUHAN Allah, memahami Hukum Taurat, kekhususan umat pilihan, dan lain-lain, band. Ulangan pasal 6. Demikian pula dengan bangsa dan masyarakat Indonesia, juga ingin generasi berikutnya mengalami kemajuan pada semua aspek. Pada proses pendidikan -formal maupun informal- tersebut, ada yang bertugas sebagai guru dan berfungsi untuk mengajar. Guru merupakan komponen strategis dalam dunia pendidikan. Tugas dan perannya bukan hanya di sekolah atau kelas tetapi lebih luas serta kompleks, meliputi : pada bidang profesi, guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih; mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa
  • Dalam bidang kemanusiaan, di sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai hal
  • Dalam bidang kemasyarakatan, guru bertugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab 3

Karena juga merupakan orang tua kedua, guru harusnya memberlakukan setiap siswa seabagai anaknya sendiri. Karena hubungan sebagai anak-orang tua itu, guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. Pendampingan itu bertujuan agar siswa mampu mengatasi pergumulan dan permasalahannya. Dalam konteks ini, guru telah bertindak sebagai seorang konselor, dan siswanya adalah konseli. Semua paparan di atas inilah yang membangun minat penulis untuk memilih topik Guru PAK Sebagai Konselor. Sebagai konselor, guru PAK lebih bersifat pendampingan kepada siswanya. Pada konteks ini, guru dapat menjadi tempat meminta pendapat atau pun sebagai penguatan konsep diri siswanya tentang berbagai hal.

LOGIKA SEBAGAI SARANA BERFIKIR ILMIAH

(Di Tulis Oleh : Yaved Ruben)
Tadi malam di rumah Pak Misel ada pencuri dan Polisi segera di beritahukan. kemudian Komandan polisi yang datang memimpin pemeriksaaan, sebuah jendela belakang dibongkar oleh pencuri itu. Dari jendelah inilah mereka masuk pikir Komandan. Dengan segera ia tahu, bahwa yang mencuri itu lebih dari satu, karena dilihatnya dua macam jejak di bawah jendela itu. Tahukah tuan, barang-barang apa yang dicuri, Tanya Komandan Polisi kepada pak Misel, sebuah Radio, satu set Komputer jawab pak Misel. Dari cerita ini ada proses berpikir. Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang kita kehendaki. Menurut J. S. Suriasumantri2, ‘manusia – homo sapiens, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi”.Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia, untuk membedakan antara manusia dengan makhluk lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran di samping rasa dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan demikian, ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Maka dalam arti yang luas kita dapat mengatakan berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti yang sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-abstraksi. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya [katakanan saja penalaran tentang api yang dapat membakar] Berpikir ilmiah, pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat [dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dalam satu kesatuan]. Dari dua pola berpikir di atas, akan dibahas pola berpikir ilmiah dan lebih khusus di fokuskan pada pembahasan “logika dan statistika sebagai sarana berpikir ilmiah”. Berpikir adalah merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan”. Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: Bahasa Ilmiah, Logika dan metematika, Logika dan statistika. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum”. Berdasarkan Metode-metode Ilmiah Sarana berpikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. “Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu menggunakan penalaran induktif dan deduktif, dan sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara tersebut. Berdasarkan cara mendapatkan pengetahuan tersebut jelaslah bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan sarana ilmu yang berupa : bahasa, logika, matematika, dan statestika”. Sedangkan “fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula. Maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun logika induktif. Ilmu dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.